MICRO ECONOMIC: teori utilitas dan preferensi | by:fikri
MAKALAH
TEORI UTILITAS DAN PREFERENSI
Dosen:Farhana Muhammad S.Pd.,
ME
Disusun oleh:
1.   
Ahmad
Zainuddin Fikri
PROGRAM STUDI PENDIDIKN
EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNUVERSITAS HAMZANWADI
2017/2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.          
LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia tidak terlepas dari berbagai macam kebutuhan, baik itu
bebutuhan sandang, pangan maupun papan. Kebutuhan manusia bersifat tidak
terbatas sedangkan alat/barang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
bersifat terbatas, sehingga konsekuensinya akan timbul masalah pemilihan.
Manusia harus memilih kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dengan
konsekuensi mengorbankan kebutuhan lain akibat dari keterbatasan tersebut.
Sebelum membeli suatu
barang terlebih dahulu pembeli (konsumen) pasti memilih barang mana yang akan
memberikan nilai guna (utilitas) yang lebih baginya, karena suatu barang baru
mempunyai arti bagi seorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna
(utilitas) yang lebih bagi konsuen itu sendiri.
Selain itu,
pembeli(konsumen) dalam membeli suatu barang juga tergantung pada selera
(preferensi).Selera masing-masing orang tentunya ditentukan oleh banyak hal,
mulai dari hobi, kondisi sosial, ekonomi, hingga lingkungan hidupnya.
B.           
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sbb:
a.    Pengertian
utilitas
b.    Macam-macam
utilitas
c.    Pengertian
preferensi
d.   Tahap-tahap
preferensi
e.    Budget
line
f.     Kurva
isokuan dan MRTS
g.    Kurva
indiferen dan MRS.
C.           
TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari makalah ini tidak lain
hanyalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca terkait
dengan:
a.    Pengertian
utilitas
b.    Macam-macam
utilitas
c.    Pengertian
preferensi
d.   Tahap-tahap
preferensi
e.    Budget
line
f.     Kurva
isokuan dan MRTS
g.   
Kurva indiferen dan
MRS.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.  TEORI UTILITAS
Menurut Case dan Fair
(2007:134). Utilitas adalah kepuasan, imbalan yang ditimbulkan produk tertentu
dibandingkan dengan alternatif-alternatifnya.
“Didalam teori ekonomi
kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan
barang-barang dinamakan nilai guna atau utilitas. Jika kepuasan itu semakin
tinggi maka semakin tinggilah nilai guna atau utilitasnya”. (Sadono Sukirno
2012:154).
B.  MACAM-MACAM UTILITAS
Utilitas atau niai guna
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.   
Nilai
guna total
Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
2.   
Nilai
guna marjinal
Nilai guna marjinal adalah pertambahan atau
pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan
penggunaan satu unit barang tertentu.
Hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun
menyatakan bahwa: tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menerus menambah konsumsinya keatas barang tersebut.
Untuk melihat dengan lebih jelas perbedaan kedua
pengertian tersebut, perhatikan contoh berikut:
Tabel 7.1 Nilai Guna
Total dan Nilai Guna Marjinal dalam Angka
| 
   
Jumlah buah mangga yang dimakan 
 | 
  
   
Nilai guna total 
 | 
  
   
Nilai guna marjinal 
 | 
 
| 
   
0 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
 | 
  
   
0 
30 
50 
65 
75 
83 
87 
89 
90 
89 
85 
78 
 | 
  
   
- 
30 
20 
15 
10 
8 
4 
2 
1 
-1 
-4 
-7 
 | 
 
Dengan memisalkan bahwa kepuasan dari memakan mangga
dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, dalam tabel 7.1 ditunjukkan nilai
guna total dan nilai guna marjinal dari memakan berbagai macam jumlah buah
mangga. Dalam contoh tersebut, telah diperhatikan juga hukum nilai guna
marjinal diatas, yaitu tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila
konsumsi terus menerus ditambah. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa
hingga mangga yang kedelapan nilai guna marjinal adalah positif, maka nilai
guna total terus menerus bertambah jumlahnya. Ketika memakan mangga yang
kesembilan nilai guna marjinal adalah negatif. Ini berarti kepuasan dari
memakan mangga mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah mangga yang
dimakan adalah delapan.
Tambahan-tambahan yang selanjutnya akan mengurangi
kepuasan yang didapat dari memakan lebih banyak buah mangga. Dalam contoh
ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan sembilan, sepuluh atau sebelas
mangga, kepuasan yang didapat dari konsumsi tersebut adalah lebih rendah
daripada kepuasan yang didapat dari memakan delapan mangga. 
C.  PREFERENSI
Setiap orang memiliki pertimbangan tersendiri ketika hendak membeli
suatu barang. Bagi sebagian orang, kualitas barang adalah yang utama, tidak
peduli seberapa mahal pun harga barang yang akan dibelinya tersebut. Bagi
sebagian orang yang lain, kualitas tidaklah begitu penting. Asalkan harganya
terjangkau, maka barang tersebut akan dibelinya. Selain itu, ada pula
orang-orang yang mementingkan brand di atas segalanya. Jika ada barang
yang ia suka, namun bukan berasal dari brand yang biasa dibelinya,
maka ia akan lebih memilih untuk mengurungkan niat membeli barang
tersebut. 
Pilihan-pilihan setiap orang terhadap sebuah produk inilah yang disebut
dengan preferensi. Preferensi dapat disebut pula dengan kata lain “selera”.
Selera masing-masing orang tentunya ditentukan oleh banyak hal, mulai dari
hobi, kondisi sosial, ekonomi, hingga lingkungan hidupnya. Preferensi yang
dimiliki seorang konsumen akan menjadi sangat penting bagi perusahaan.
Preferensi konsumen lah yang pada akhirnya memengaruhi pilihan mereka terhadap
pembelian suatu brand. Agar usaha yang dibangun dapat terus berjalan, maka
seorang pengusaha harus mampu menganalisis preferensi dari target konsumennya.
D.      TAHAP-TAHAP PREFERENSI
Untuk
menerangkan suatu preferensi, terdapat beberapa aksioma yang diasumsikan ke
dalam tiga sifat dasar, yaitu:
a.   
Kelengkapan
(completeness)
Kelengkapan
(completeness) mengandung pengertian jika A dan B merupakan dua kondisi
atau situasi, maka setiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :
- A lebih disukai daripada B
 - B lebih disukai daripada A, atau
 - A dan B sama-sama disukai
 
Jika mengacu
pada dasar ini, maka tiap orang diasumsikan tidak bingung dalam menentukan
pilihan. Setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian,
setiap orang selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif yang
ada. 
b.   
Transitivitas
(transitivity)
Transitivitas
(transitivity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada
B, dan lebih menyukai B daripada C, maka orang tersebut harus lebih menyukai A
daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi
yang saling bertentangan. 
c.   
Kontinuitas
(continuity)
Kontinuitas
(continuity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B
ini berarti segala kondisi di bawah pilihan A tersebut disukai daripada kondisi
di bawah pilihan B. 
Diasumsikan
preferensi setiap orang akan mengikuti dasar di atas. Dengan demikian, setiap
orang akan selalu dapat membuat atau menyusun rangking pada semua situasi
ataupun kondisi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai
dari berbagai macam barang dan jasa yang tersedia. 
Preferensi konsumen muncul dalam
tahap evaluasi alternatif dalam proses keputusan pembelian, di mana dalam tahap
tersebut konsumen dihadapkan dengan berbagai macam pilihan produk maupun jasa
dengan berbagai macam atribut yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu pilihan yang diambil dan dipilih
konsumen dari berbagai macam pilihan yang tersedia.
Terdapat enam tahap dalam model hierarchy of effect
yaitu sbb:
1.    Kesadaran
Tahap ini adalah tahap dimana konsumen menyadari adanya
suatu produk baik itu berupa barang atau jasa.
2. Pengetahuan
Di dalam tahap ini konsumen sudah mengenal produk dan
mengerti tentang produk yang berupa barang atau jasa tersebut.
3.   
Menyukai
Tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai menyukai
produk tersebut yang berupa barang atau jasa yang ditawarkan.
4. Memilih
Tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai lebih memilih
produk tersebut dibandingkan produk-produk lainya.
5. Keinginan Untuk Membeli
Tahap ini konsumen mempunyai keinginan dan memutuskan untuk
membeli produk.
6. Membeli
Pada
tahap ini adalah tahap dimana konsumen dapat dikatakan sebagai konsumen yang
loyal terhadap sebuah produk, sehingga konsumen tersebut tidak ragu lagi untuk
membeli produk tersebut tanpa adanya pertimbangan yang banyak.
Dengan memahami preferensi konsumen, perusahaan dapat merancang
strategi yang tepat untuk merespon ekspektasi konsumen dan menjadikan strategi
differensiasi sebuah perusahaan tersebut dengan pesaingnya. Menurut Kotler dan
Keller, ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk
preferensi :
1.   
Diasumsikan bahwa
konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda
memiliki atribut yang berbeda mengenai suatu produk yang relevan
2.   
tingkat kepentingan
atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing.
Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang
paling penting. Konsumen yang daya belinya besar akan mementingkan atribut
harga yang paling utama
3.    konsumen
mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut
4.    tingkat
kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut
5.    konsumen
akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.
Tahap preferensi yang dimiliki oleh konsumen terhadap sebuah produk,
adalah awal dari tahap loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Sehingga
perusahaan harus mempelajari bagaimana cara menimbulkan rasa preferensi
tersebut di dalam diri.
Pelanggan
yang puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka
terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan.
Seorang
konsumen dalam memilih sesuatu mempunyai beberapa factor penting untuk memilih
suatu barang/benda yang akan dipilihnya,beberapa faktornya sebagai berikut :
1.    Tingkat
pendapatan seseorang
2.    jenis/ukuran
yg dibutuhkan
3.    tingkat
kebutuhan
4.    efektifitas.
E.  
BUDGET LINE
Budget Line (Garis Anggaran) adalah suatu garis anggaran pengeluaran yg
memperlihatkan hubungan berbagai titik kombinasi dari dua macam barang yg
dikonsumsi dengan batas anggaran tertentu yg sama.
Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau
sebelah kiri garis anggaran . Persamaan garis anggaran budget line:
B = rx.x + ry.y
Keterangan:
B = Anggaran / Pendapatan yang tersedia
rx = harga barangx
X= jumlah barang x
Ry= harga barang y
Y = jumlah barang y
Contoh Kasus: 
Seorang konsumen mempunyai dana 
B = Rp.
100.000.
Ia akan
membeli Pakaian (X)dan Makanan(Y) 
Rx = Rp.
10.000,- per unit, 
Ry = Rp.
4.000,- per unit. 
Jika semua
dana dibelikan untuk pakaian, maka jumlah pakaian diperoleh 10 unit.
Jika semua
dana dibelikan untuk makanan, maka makanan yg didapat sebanyak 25 unit.
Kombinasi Dana (Rp) Jumlah Makanan(X) dan Jumlah Pakaian (Y) sbb:
A.     
4.000 x 25X
= 100.000,-dan  10.000 x0Y =0
B.      
4.000 x 20X
=   80.000,-  dan  10.000
x 2Y =   20.000,-
C.      
4.000 x 15X
=   60.000,-  dan  10.000
x 4Y =40.000,-
D.     
4.000 x 10X
=   40.000,-  dan  10.000
x6Y = 60.000,-
E.      
4.000x 5X
=   20.000,- dan  10.000 x8Y = 80.000,-
F.       
4.000 x0X
=   0             dan 10.000x 10Y = 100.000,-
F.       
KURVA
ISOKUAN DAN MRTS
Menurut Vincent
Gaspersz (2011:271). Kurva isokuan(isoquant
curve) adalah suatu kurva atau tempat kedudukan titik-titik kombinasi yang
menunjukkan semua kombinasi input yang mungkin secara fisik mampu menghasilkan
kuantitas output yang sama (iso = sama, quant = quantity = quantitas produk).
Prinsip-prinsip dasar kurva isokuan dalam konsep produksi serupa dengan kurva
indiferen dalam konsep perilaku konsumen, kecuali tujuan penggunaan yang
berbeda.
Beberapa karakteristik
dari kurva isokuan menurut Vincent Gaspersz (2011:271), yaitu:
1.   
Kurva
isokuan merupakan fungsi kontinu, serta kurva- kurva isokuan tidak saling
berpotongan
2.   
semua
kombinasi rasional  dari input sumber
daya yang menghasilkan output yang sama, terletak pada satu kurva isokuan yang
memiliki slope negatif dan berbentuk
cembung (convex)
3.   
kurva
isokuan Q2  yang menempati
kedudukan yang lebih tinggi, terletak diatas atau disebelah kanan dari kurva
isokuan Q1, menunjukkan bahwa kombinasi input pada kurva isokuan Q2
 itu mampu menghasilkan kuantitas
output yang lebih tinggi daripada kombinasi input pada kurva isokuan Q1
(Q2 > Q1).
Dari ketiga
karakteristik kurva isokuan diatas, maka kita dapat menggambarkan kurva isokuan
dalam sistem produksi hipotesis sperti ditunjukkan dalam bagan V.5.
Bagan V.5 Kurva Isokuan Dalam Produksi
Dari bagan V.5, kita
mengetahui bahwa kurva isokuan Q1 menunjukkan semua kombinasi dari
input modal (K) dan tenaga kerja (L) yang mampu menghasilkan 100 unit output.
Empat titik kombinasi modal-tenaga kerja (K, L) yang mungkin menghasilkan
output Q1 sebesar 100 unit adalah: (K, L) = (50,15); (40,20);
(20,40); dan (10,75). Seterusnya kurva isokuan Q2 yang berada diatas
(disebelah kanan) dari kurva isokuan Q1 dalam peta isokuan (isoquan map) menunjukkan semua
kombinasi dari modal dan tenaga kerja yang mampu menghasilkan output sebesar
200 unit (Q2 = 200 > Q1= 100).
Dalam bagan V.5, tampak
bahwa kurva isokuan memiliki slope
negatif, hal ini berarti bahwa jika perusahaan mengurangi sejumlah modal (K)
yang digunakan, maka harus lebih banyak tenaga kerja (L) yang ditambah, agar
kombinasi modal dan tenaga kerja itu masih mampu memproduksi produk yang sama. Dengan
demikian dua input dapat saling mengganti (substitusi) untuk mempertahankan
tingkat output yang sama. Secara konseptual, hal ini disebut sebagai tingkat
substitusi teknikal marjinal (marginal
rate of technical substitution), sering dinotasikan sebagai MRTS. Dengan
demikian tingkat substitusi tehnik marjinal dapat didefinisikan sebagai suatu
tingkat dimana satu input dapat disubstitusikan untuk input lain sepanjang suatu
isokuan, dan untuk kasus input modal yang disubstitusikan oleh input tenaga
kerja dinyatakan dalam bentuk:
                                       MRTS = -(“K/L”)
Catatan:
tanda negatif diberikan
agar membuat MRTS bernilai positif, karena slope dari isokuan yaitu: ∆K/∆L,
adalah negatif.
Nilai MRTS harus
dihitung pada range tertentu diman titik kombinasi yang relevan dari suatu
kurva isokuan. Sebagai misal kita dapat menghitung nilai MRTS dari tenaga krja
untuk modal pada kurva isokuan Q1 dalam bagan V.5 seperti
ditunjukkan dalam tabel V.14.
Tabel V.14 Nilai MRTS dari Input Tenaga Kerja (L)
untuk Input Modal (K)
| 
   
Titik
  kombinasi 
 | 
  
   
L 
 | 
  
   
K 
 | 
  
   
∆L 
 | 
  
   
∆K 
 | 
  
   
MRTS
  = -(∆K/∆L) 
 | 
  
   
Q1 
 | 
  
   
MRTS
  (menaik/menurun) 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
15 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
100 
 | 
  
   
- 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
20 
 | 
  
   
40 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
-10 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
100 
 | 
  
   
- 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
40 
 | 
  
   
20 
 | 
  
   
20 
 | 
  
   
-20 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
100 
 | 
  
   
menurun 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
75 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
35 
 | 
  
   
-10 
 | 
  
   
10/35 
 | 
  
   
100 
 | 
  
   
menurun 
 | 
 
Dari tabel V.14, kita
mengetahui bahwa tingkat substitusi teknikal marjinal dari tenaga kerja untuk
modal terus menurun sepanjang suatu range produksi tertentu. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pada titik kombinasi penggunaan input modal-tenaga
kerja(K, L = 15, 40), secara teknik produksi kita akan mampu memproduksi Q1
= 100 unit. Seterusnya, apabila kita ingin mengubah kombinasi penggunaan
input modal-tenaga kerja yang mungkin, yaitu: (K, L = 20, 40), maka kita masih
tetap mampu secarateknik produksi untuk memproleh  Q1 = 100 util. Dalam kondisi ini,
nilai MRTS = 2, berarti setiap dua unit input modal dapat disubstitusi dengan
satu unit input tenaga kerja, atau dengan kata lain satu unit inpu L mampu
mensubstitusikan dua unit  input K.
Selanjutnya apabila kita ingin terus melakukan perubahankombinasi penggunaan
input modal-tenaga kerja, dari kombinasi (K, L = 20,40) menjadi kombinasi (K,L
= 40,20), maka tingkat produksi yang dihasilkan tetap Q1  = 100 unit. Namun dalam situasi ini nilai MRTS
telah menurun menjadi sama dengan satu  (MRTS =1). Hal ini berarti setiap unit input
tenaga kerja hanya mampu mensubstitusi satu unit input modal, sehingga
perbandingan kemampuan substiitusi input L untuk K telah menjadi 1 L untuk 1 K,
menurun dari kemampuan substitusi imput L untuk K telah menjadi 1 L untuk 2 K.
Demikian seterusnya kemampuan inpu tenaga kerja untuk mensubstitusi input modal
terus menurun. Dalam situasi seperti ini, maka penggunaan input tenaga kerja
akan menjadi mahal. Oleh karena itu tugas manajer untuk mencari kombinasi
penggunaan input modal-tenaga kerja, yang paling efisien dalam memproduksi
tingkat output tetentu sesuai permintaan pasar. Penomena in sering ditemukan
dalam dunia industri, terutama untuk industri-industri dinegara maju yang
menggunakan kombinasi input modal-tenaga kerja dalam proporsi lebih banyak
menggunakan input modal daripada tenaga kerja, karena tingkat upah tenaga kerja
di negara-negara maju itu telah menjadi relatif mahal dibandingkan input modal,
sehingga penggunaan input tenaga kerja kerja yang berlebihan akan meningkatkan
biaya produksi.
G.  KURVA INDIFEREN DAN MRS
Menurur Vincent
Gaspersz (2011:161). Kurva indiferen (indifference
cutve) merupaan suatu tempat kedudukan titik-titik(locus of point) yang menunjukan kombinasi konsumsi produk berbeda,
katakan x dan y, dimana masing-masing titik kombinasi itu memberikan utilitas
atau kepuasan total yang sama. Pendekatan utilitas ordinal pada prilaku
permintaan konsumen, sering disebut sebagai analisis kurva indiferen, karena
kurva indeferen merupakan alat analisis pertama.
Menurut Vincent
Gaspersz (2011:161). Asumsi mendasar yang perlu dibuat sebelum analisis kurva
inddiferen dilakukan, yaitu:
a.   
Semua
produk yang dipertimbangkan dalam analisis dapat dibagi secara kontinu kedalam
sub-unit, dengan demikian konsumen tidak dibatasi oleh ukuran dari unit produ
yang dijual itu.
b.   
Selera
konsumen dan urutan preferensi diantara kombinasi produk itu dapat
didefinisikan secara baik dan konsisten.
c.   
Konsumen
memandang produk sebagai sesuatu yang disukai, dalam arti ia berhasrat untuk
mengkonsumsi lebih dari pada kurang. Hal ini berarti bahwa utilitas marginal
atau penambahan kepuasan dari penambahan konsumsi adalah positif.
Berdasarkan ketiga
asumsi diatas, maka kita akan menemukan karakteristik dari kurva indiferen
yaitu sbb:
a.   
Kurva
indiferen merupakan fungsi kontinu, bukan sekedar kumpulan dari titik-titik
diskrit.
b.   
Kurva-kurva
indiferen tidak saling berpotongan dan kurva indiferen yang menempati kedudukan
lebih tinggi menunjukkan kombinasi konsumsi produk-produk yang berada pada
kurva indiferen itu memiliki utilitas atau kepuasan total yang lebih tinggi
daripada kombinasi konsumsi produk-produk yang berada pada kurva indiferen yang
memiliki kedudukan yang lebih rendah.
Kurva indiferen
memiliki slope negatif dan berbentuk cembung (convex). Dalam kasus khusus
apabila dua preoduk yang dikonsumsi itu bersifat substitusi sempurna, maka
bentuk kurva indiferen adalah garis lurus dengan slope negatif, sedangkan
apabila bersifat komplementer sempurna, maka kuerva indiferen berbentuk seperti
huruf L.
Untuk menjelaskan
analisis kurva indiferen beserta dengan konsep lain yang berkaitan, maka
bayangkan bahwa kita telah melakukan survei kepuasan konsumen terhadap dua
produk yang saling berkompetisi dipasar. Misalkan saja bahwa produk itu
dinotasikan sebagai X dan Y (produk sejenis tapi berbeda merk), seperti ban
GOODYEAR dan BRIDGESTONE, jasa bank BNI dan BCA, atau produk berbeda yang
saling berkaitan seperti: jasa pendidikan formal dan jasa pelatihan dll.
Misalkan bahwa fungsi
utilitas total (TU) yang diperoleh adalah sederhana: TUxy=2xy dimana TUxy
adalah utilitas atau kepuasan total yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi
kombinasi kuantitas produk X dan Y, sedangkan X adalah kuantitas produk X yang
dikonsumsi dan Y adalah kuantitas produk Y yang dikonsumsi.
Dari fungsi utilitas
total diatas, kita dapat menurunkan titik kombinasi kuantitas X dan Y untuk
tingkat utilitas atau kepuasan total yanng sama, katakanlah untuk TU = 50 util
dan TU = 100 util. Skedul kombinasi X dan Y yang menghasilkan utilitas total 50
util dan 100 util ditunjukkan dalam tabel IV.8. sedangkan kurva indiferen
ditunjukkan dalam bagan IV.7.
Tabel IV.8 Skedul Kombinasi Produk X dan Y yang
Menghasilkan Utilitas Total 50 Util dan 100 Util (TU xy = 2XY)
| 
   
Tirik kombinasi 
 | 
  
   
X 
 | 
  
   
Y 
 | 
  
   
Utilitas total 
 | 
  
   
Titik kombinasi 
 | 
  
   
X 
 | 
  
   
Y 
 | 
  
   
Utilitas total 
 | 
 
| 
   
A 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
F 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
100 
 | 
 
| 
   
B 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
12,5 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
G 
 | 
  
   
4 
 | 
  
   
12,5 
 | 
  
   
100 
 | 
 
| 
   
C 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
H 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
100 
 | 
 
| 
   
D 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
2,5 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
I 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
100 
 | 
 
| 
   
E 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
50 
 | 
  
   
J 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
100 
 | 
 
Bagan
V.7 Kurva Indiferen untuk Utilitas Total 500 Util dan 100 Util
Dari tabel IV.8 maupun
bagan IV.7, kita mengetahui bahwa titik-titik kombinasi konsumsi produk X dan
Y: A,B,C,D, dan E memberian kepuasan total yang sama yaitu: TU=50 util. Dalam
hal ini konsumen tidak memiliki pilihan atau dikatakan dia berada pada keadaan
indiferen, karena berada pada kurva indiferen yang sama (kurva 1), dengan
tingkat kepuasan total sebesar 50 util. Sedangkan kurva indiferen yang terletak
diatas (kurva 2) memberikan tingkat kepuasan total yang lebih tinggi yaitu:
TU=100util, dan titik-titik kombinasi produk X dan Y yang terletak pada kurva
indiferen 2 adalah: F,G,H,I dan J. Tentu saja konsumen lebih mengharapkan
produk X dan Y yang terletak pada kurva indiferen 2 dari pada kombinasi roduk X
dan Y pada kurva indiferen 1, karena memberikan tingkat kepuasan total yang
lebih tinggi (TU = 100 > TU = 50 util).
Grafik dalam bagan IV.7
sering disebut juga sebagai peta indiferen (indiference
map)karena memperlihatkan dua kurva dari konsumen. Peta indiferen didefinisikan
sebagai grafik yang menunjukkan sekumpulan dari dua atau lebih kurva indiferen,
dalam kasus diatas adalah kurva indiferen 1 dan 2. Kurva indiferen yang
terletak diatas dan berada disebelah kanan dari kurva indiferen lain dalam peta
indiferen, menunjukkan tingkat utilitas atau kepuasan total pda kurva indiferen
itu lebih tinggi. Sehingga setiap kombinasi konsumsi produk X dan Y pada kurva
indiferen 2 lebih disukai oleh konsumen dibandingkan setiap kombinasi konsumsi
produk X dan Y pada kurva indiferen 1.
Dalam tabel IV.8
maupun bagan IV.7 kita mengetahui bahwa pada kurva indiferen 1, titik-titik
A,B,C,D dan E yang menunjukkan kombinasi produk X dan Y: (1;25), (2;12,5),
(5;5), (10;2,5), dan (25;1) memberikan utilitas atau kepuasan total yang sama sebesar
50 util. Perhatikan titik A dan B, dimana sepanjang titik A (X = 1 dan Y = 25)
ketitik B (X =2 dan Y = 12,5), kita mengetahui bahwa konsumen rela mengurangi
tingkat konsumsi Y dari 25 unit menjadi 12,5 unit untuk memperoleh penambahan
konsumsi X dari 1 unit menjadi 2 unit dan perubahan (penurunan) konsumsi Y
untuk disubstitusi dengan perubahan (penambahan) konsumsi X itu masih
memberikan tingkat utilitas atau kepuasan total yang sama sebesar 50 util.
Konsep penurunan konsumsi Y untuk di ganti dengan penambahan konsumsi X
sepanjang titik AB diatas disebut sebagai: Tingkat substitusi marjinal (marginal of rate substitution) serta
dinotasikan menggunakan MRSxy = ∆Y/∆X. Dengan
demikian tingkat substitusi marjinal dapat didefiinisikan
sebagai tingkat dimana konsumen rela mensubstitusikan konsumsi suatu produk
tertentu dengan satu unit produk lain agar mempertahankan tingkat utilitas atau
kepuasan total.
Besaran tingkat
substitusi marjinal (MRS) itu menunjukkan slope
dari kurva indiferen sepanjang interval suatu titik kombinasi produk
tertentu. Dalam contoh konsumsi produk X dan Y pada titik konsumsi A dan B
diatas, kita mengetahui bahwa konsumen rela kehilangan utilitas dari perubahan
konsumsi 12,5 unit produk Y (∆Y = 25 – 12,5 =
12,5) untuk memperoleh utilitas dari perubahan konumsi 1 unit produk X (∆X = 2 - 1 = 1), sehingga besaran MRSxy
pada titik AB adalah: MRSxy = ∆Y/∆X = -12,5/1 = -12,5. Slope dari kurva indiferen adalah
negatif, sehingga nilai MRSxyjuga negatif. Namun seperti pengukuran
elastisitas harga dari permintaan, besaran MRSxy sering diucapkan
dalam nilai absolut melalui mengalikan nilai MRSxy dengan angka -1.
Jadi tingkat substitusi marginal sama dengan 12,5 berarti konsumen rela
mensubstitusikan 12,5 unit konsumsi produk tertentu (Y) dengan 1 unit konsumsi
produk lain (X) agar dapat memberikan tringkat utilitas atau kepuasan total
yang sama.
Konsep bahwa
konsumen rela kehilangan utilitas dari perubahan konsumsi produk Y untuk
memperoleh utilitas dari perubahan konsumsi 
produk X , agar tetap memberikan utilitas total yang sama , dapat
dinyatakan dalam bentuk matematik, sbb:
                           -∆Y • MUy = ∆X • MUx
atau solusi secara
aljabar melalui membagi kedua sisi persamaan dengan besaran (∆X•MUy) akan memberikan hasil:
               -(∆Y/∆X) = MUx/MUyatau
∆Y/∆X
= -(MUx/MUy)
Dengan demikian
secara matematik, MRS xy dapat ditulis sebagai:
                           MRS xy = ∆Y/∆X
= -(MUx/MUy)
Dengan demikian
tingkat substitusi marjinal dari produk X untuk produk Y adalah sama dengan
rasio dari utilitas marjnal produk X terhadap utilitas marjinal produk Y.
Perhitungan
tingkat substitusi marjinal dari produk X untuk produk Y (MRSxy)
sepanjang kurva indiferen 1 dan kurva indiferen 2 yang sekaligus menunjukkanslope dari kurva indiferen sepanjang
interval titik kombinasi tertentu, berdasarkan informasi dalam tabel IV.8,
ditunjukkan dalam tabel IV.9.
Tabel IV.9 perhitungan MRS xy Sepanjang
Kurva Indiferen 1 dan 2
| 
   
Titik
  kombinasi 
 | 
  
   
X 
 | 
  
   
Y 
 | 
  
   
MRSxy
  = -(∆Y/∆X) 
 | 
  
   
Titik
  kombinasi 
 | 
  
   
X 
 | 
  
   
Y 
 | 
  
   
MRSxy
  = -(∆Y/∆X) 
 | 
 
| 
   
A 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
- 
 | 
  
   
F 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
- 
 | 
 
| 
   
B 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
12,5 
 | 
  
   
12,5 
 | 
  
   
G 
 | 
  
   
4 
 | 
  
   
12,5 
 | 
  
   
6,25 
 | 
 
| 
   
C 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
2,5 
 | 
  
   
H 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
0,83 
 | 
 
| 
   
D 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
2,5 
 | 
  
   
0,5 
 | 
  
   
I 
 | 
  
   
10 
 | 
  
   
5 
 | 
  
   
1,00 
 | 
 
| 
   
E 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0,1 
 | 
  
   
j 
 | 
  
   
25 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
0,20 
 | 
 
Catatan: MRSxy diucapkan dalam nilai absolut
seperti pada elastisitas harga dari permintaan, sehingga digandakan dengan -1.
Dari tabel IV.9 tampak
bahwa nilai MRSxy berbeda pada setiap titik kombinasi sepanjang
kurva indiveren yang berbentuk cembung, sehingga pengukuran MRSxy
harus dilakukan pada setiap titik kombinasi sepanjang kurva indiveren itu.
BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Teori nilai
guna atau utilitas yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Jika
kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utilitasnya.
Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka utilitasnya semakin
rendah pula.
Utilitas
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.   
Utilitas
total
2.   
Utilitas
marjinal.
Preferensi dapat
disebut pula dengan kata lain “selera”. Selera masing-masing orang tentunya ditentukan
oleh banyak hal, mulai dari hobi, kondisi sosial, ekonomi, hingga lingkungan
hidupnya.
Dengan memahami
preferensi konsumen, perusahaan dapat merancang strategi yang tepat untuk
merespon ekspektasi konsumen dan menjadikan strategi differensiasi sebuah
perusahaan tersebut dengan pesaingnya.
Seorang
konsumen dalam memilih sesuatu mempunyai beberapa factor penting untuk memilih
suatu barang/benda yang akan dipilihnya,beberapa faktornya sebagai berikut :
1.   
Tingkat pendapatan seseorang
2.   
jenis/ukuran yg dibutuhkan
3.   
tingkat kebutuhan
4.   
efektifitas.
Budget Line (Garis Anggaran) adalah suatu garis anggaran pengeluaran yg
memperlihatkan hubungan berbagai titik kombinasi dari dua macam barang yg
dikonsumsi dengan batas anggaran tertentu yang sama.
Kurva isokuanadalah suatu kurva atau tempat
kedudukan titik-titik kombinasi yang menunjukkan semua kombinasi input yang
mungkin secara fisik mampu menghasilkan kuantitas output yang sama.
Kurva indiferen merupakan suatu tempat kedudukan
titik-titik (locus of point) yang
menunjukan kombinasi konsumsi produk berbeda, katakan x dan y, dimana
masing-masing titik kombinasi itu memberikan utilitas atau kepuasan total yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA
Karl E. Case dan
Ray C. Fair, prinsip-prinsip ekonomi
mikro, edisi ketujuh, PT. Indeks, 2007.
Vincent Gasperrsz, ekonomi manajerial (managerial economics), Bogor: vinchristo
publication, 2011.
M. Suparmoko dan Maria Ratnaningsih, pokok-pokok ekonomika, edisi kedua,
Yogyakarta: BPFE, 2011.
Sadono Sukirno, mikro ekonomi teori pengantar, edisi ketiga, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012

Komentar
Posting Komentar